Sebagai pemuda
bangsa tentu saja kita sudah tidak asing lagi dengan peristiwa “Sumpah Pemuda”. Sayangnya bukan karena setiap
warga negara memiliki rasa nasionalisme yang besar, akan tetapi karena peristiwa
tersebut ada pada mata pelajaran sejarah sekolah menengah. Penjelasan panjang
lebar mengenai peristiwa tersebut telah dijelaskan oleh guru kita. Walaupun persitiwa tersebut masuk
dalam mata pelajaran sejarah di sekolah-sekolah, kita juga
belum tentu dapat mengingat setiap kejadiannya. Yang namanya Sumpah Pemuda, tokoh utamanya tentu saja
para pemuda. Perlu kita ketahui bahwa Pemuda merupakan aset masa depan bangsa yang amat bernilai dan
merupakan benih-benih unggul yang akan menjadi pohon besar yang meneduhkan
suatu saat nanti. Tidaklah mengherankan jika dalam sebuah pidatonya, founding fathers Republik Indonesia,
Soekarno mengatakan: "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi,
satu orang pemuda dapat mengubah dunia." Kita, para pemuda Indonesia memiliki tanggung jawab besar kepada para
pendahulu kita untuk terus memajukan negara dan menjaga kemerdekaan NKRI yang
telah susah payah mereka perjuangkan di masa lampau. Pemuda Indonesia telah menunjukkan sepak terjangnya dan banyak menorehkan
tinta emas dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Salah satunya yang
fenomenal adalah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, yang merupakan suatu
langkah besar untuk mempersatukan Indonesia menjadi satu tanah air, satu
bangsa, dan satu bahasa, yakni Indonesia. Sumpah itu bukanlah sekedar kata-kata
semu tanpa makna, melainkan sebuah ikrar yang agung dari para pemuda Indonesia untuk senantiasa mengutamakan rasa nasionalisme dan
menjunjung tinggi persatuan. Sebagai contoh dalam peristiwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Di dalam Sumpah
Pemuda itu tersimpan sebuah tekad yang kuat dalam merintis sebuah kemerdekaan.
Dan kemerdekaan yang telah lama dinanti-nanti oleh bangsa Indonesia, akhirnya terwujud
pada 17 Agustus 1945. Dalam peristiwa ini pemuda sangat berperan penting. Para
pemuda seperti Chairul Saleh, Sukarni, Wikana dan pemuda lainnya dari Menteng
menculik Soekarno dan Hatta dari Rengasdengklok dengan tujuan untuk menghindarkan
beliau berdua dari pengaruh penjajah Jepang dalam memproklamasikan kemerdekaan.
Semangat dan keberanian dari para pemuda itulah yang membuka gerbang perubahan.
Contoh aksi pemuda yang memberikan perubahan berikutnya adalah peristiwa jatuhnya
Soekarno dari kursi kekuasaan Orde Lama. Organisasi pemusda seperti KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia),
KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia) dan KASI (Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia) memberikan peranan yang tidak main-main dalam menumbangkan Orde Lama
dan membentuk Orde Baru. Beberapa tokoh mahasiswa atau pemuda yang terlibat diantaranya
Cosmas Batubara, Yusuf Wanandi, Sofyan Wanandi, Akbar Tanjung dan tentu saja
Soe Hok Gie yang merupakan salah pemimpin aksi demonstran di lapangan yang
terkenal. Buku catatan harian Soe Hok Gie yang berjudul ‘Catatan Seorang
Demonstran’ telah banyak mengilhami generasi muda dan bahkan telah difilmkan.
Peristiwa Reformasi 1998 dengan ambruknya Orde Baru Soeharto adalah aksi pemuda
berikutnya yang memberikan perubahan besar di Indonesia. Gerakan oleh mahasiswa
ini adalah gerakan intelektual yang diwujudkan dengan turun ke jalan-jalan
karena saluran-saluran demokratis seakan telah ditutup oleh pemerintah saat itu.
Kanal-kanal demokrasi di Orde Baru telah ditutup dan dialihkan demi
melanggengkan kekuasaan. Saat suara masyarakat dan publik tidak lagi dipedulikan
dan terjadi banyak penyelewengan, KKN, dan terpuruknya perekonomian yang
membuat rakyat amat menderita, sementara banyak pejabat, konglomerat dan
kroni-kroninya hidup mewah bergelimangan harta. Saat melihat ketimpangan itu,
maka saat itu pulalah mahasiswa bergerak. Namun mari kita lihat kenyataan yang ada saat ini. Apakah sumpah pemuda tersebut masih tetap kita jalankan?
Sebagai contoh, marilah kita membahas tentang masalah
penggunaan bahasa persatuan kita, bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia seakan sudah
menjadi pajangan saja di zaman yang semakin modern ini. Penggunaan bahasa yang
tidak benar dan salah kaprah sudah menjadi makanan sehari-hari kita, yang
tersaji setiap hari di media-media entertainment, seolah-olah mencoba menghilangkan jejak dari bahasa Indonesia dari bumi pertiwi ini. “Ciyuss..Myapah...”
adalah contohnya. Sebagian besar orang kini sudah menggunakan kata-kata yang
sangat alay tersebut. Mereka
nampaknya telah melupakan poin penting ketiga dalam sumpah pemuda, yaitu
'menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia.' Sungguh ironis bukan? Dahulu
para pemuda berjuang dengan keringat bercucuran bahkan hingga bertaruh nyawa agar
seluruh masyarakat Indonesia mengenal Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, namun
ironisnya sekarang para pemuda gemar menggunakan bahasa-bahasa yang tidak jelas
untuk berkomunikasi satu sama lain. Sepertinya sudah cukup bagi kita untuk
membahas ironi tersebut. Sekarang marilah kita membahas tentang aksi kita
terkait dengan Sumpah Pemuda ini. Sudahkah kalian, para
pemuda, mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk Indonesia? Untuk menjawab
pertanyaan ini, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Jujur saja, sampai
saat ini saya sebagai penulis mengakui bahwa belum ada yang bisa saya berikan kepada
negara Indonesia tercinta. Tidak usah jauh-jauh, pada kelurahan saya sendiri
saja saya belum bisa memberikan kontribusi berarti. Tapi janganlah kita
berkecil hati, tak ada rotan akarpun jadi. Jika kita tidak bisa melakukannya
secara langsung, lewat apa yang kita tuliskan ini sesungguhnya bisa jadi
merupakan salah satu bentuk aksi kita. Menulis adalah tali pengikat dari
ide-ide dalam pikiran kita. Menulislah, dan orang lain akan membaca pemikiran
kita. Dengan
menuliskan sesuatu yang bermanfaat, seperti menulis artikel ilmiah, membuat
karya tulis ilmiah, tulisan-tulisan lepas pada surat kabar, kita bisa
menyumbangkan ide-ide yang kita miliki untuk memajukan bangsa. Banyak ajang
untuk berkarya dalam bidang tulis menulis, misalnya Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM), lomba karya tulis ilmiah, dan lain sebagainya. Kalau kita
merasa bahwa menulis saja tidaklah cukup, kita pun bisa menggunakan tenaga,
ide, dan pikiran kita, lalu diwujudkan dalam bentuk program-program yang
bermanfaat bagi masyarakat. Yang mampu memberdayakan masyarakat kita. Sehingga
masyarakat kita menjadi mampu untuk bergerak, maju, dan bahkan ikut memberikan
sumbangsihnya seperti yang telah kita lakukan. Kalau salah seorang dari pemuda
kita ada yang bukan pelajar –misalkan atlet- maka salah satu bentuk aksi nyata
yang mungkin adalah dengan meraih prestasi dalam suatu kompetisi, lebih-lebih
jka kompetisi tersebut bertaraf nasional ataupun internasional. Jika bicara
tentang pemberian kita terhadap negara, saya teringat dengan quotes yang terkenal dari Presiden
Amerika Serikat, John F. Kennedy yang sering sekali dikutip oleh Ir. Soekarno,
yang bunyinya: "Don’t
ask what your country can do for you, but ask what you can do for your
country” (jangan tanyakan apa yang
telah negara berikan kepadamu, bertanyalah apa yang telah kamu berikan untuk
negaramu). Kita pun bisa ikut terlibat aktif dalam menghadapi isu-isu pemerintah
dengan langsung bertemu dengan pihak yang bersangkutan. Ikut
dalam organisasi yang menaruh perhatian besar terhadap isu-isu negara dan
menjadi penghubung antara negara dengan masyarakat bisa menjadi opsi berikutnya
yang bisa kita pilih. Kalau kita ingat-ingat kembali pelajaran Kewarganegaraan
yang kita terima saat Sekolah Dasar dahulu, kita pernah mempelajari dan
mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh para pemuda dan pelajar
untuk mengisi kemerdekaan yang telah kita capai. Sebenarnya hal itu tidaklah
jauh berbeda dengan apa yang kita bahas sekarang tentang aksi nyata kita dalam
memaknai Sumpah Pemuda. Dulu kita belajar bahwa cara yang tepat bagi seorang
pelajar untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan belajar yang tekun dan
sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Kita sebagai pemuda (yang rata-rata sudah
mahasiswa) tentulah tidak hanya belajar tekun, namun kita juga dituntut untuk
menerapkan dan mengamalkan ilmu yang telah kita dapatkan di bangku pendidikan
ke dalam lingkungan masyarakat. Sekedar opini, masa depan Indonesia adalah ketika generasi ini
menyiapkan generasi muda yang mempunyai karakter tangguh, ulet, tekun, sabar,
berkarakter serta bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Selain itu, Indonesia juga
amat membutuhkan pemuda-pemudi yang cerdas, amanah, kreatif, peduli pada
masyarakat, dan mampu memimpin bangsa dan negara dengan niat dan jiwa yang
bersih alias antikorupsi. Pemuda dengan kriteria tersebut adalah hal yang sangat
dibutuhkan bangsa ini di tengah carut-marut kehidupan dan politik negeri yang
kompleks. Apakah kita hanya akan terus menunggu kedatangan pemuda harapan
bangsa itu? Tentu tidak. Justru kitalah yang harus memulainya. Kawan, kita
adalah pemuda-pemudi Indonesia, tidak cukup hanya dengan kata-kata saja, aksi
kita sangatlah diperlukan untuk mengontrol serta membangun bangsa ini ke arah
yang lebih baik. Para anggota dewan yang (katanya) merupakan wakil rakyat ternyata
belum cukup untuk menjadi suara rakyat. Ironisnya, kenyataan menunjukkan banyak
wakil rakyat yang justru malah menjadi duri bagi rakyat. Sudah saatnya bagi
kita untuk menghentikan keadaan ini agar tidak makin parah. Indonesia
membutuhkan aksi nyata kita, para pemuda,
dalam memperbaiki, membangun, memajukan, dan menyejahterakan bangsa kita
tercinta dalam menghadapi masa depan yang
semakin kompleks dan penuh tantangan.